Artikel kali ini akan membahas tentang Kisah Perang Khandaq, Pertempuran ini dinamai Pertempuran Khandaq (Arab الخندق) karena parit yang digali oleh umat Islam dalam persiapan untuk pertempuran. Kalimat Khandaq kata adalah bentuk bahasa Arab dari bahasa Persia “kandak” (yang berarti “Itu yang telah digali”).
Terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah atau pada tahun 627 Masehi, pengepungan Madinah ini dipelopori oleh pasukan gabungan antara kaum kafir Quraisy makkah dan yahudi bani Nadhir (al-ahzaab).
Pengepungan Medinah dimulai pada 31 Maret, 627 dan berakhir setelah 27 hari
Sebab Terjadinya Perang Khandaq
Sebenarnya, apakah yang melatar belakangi dari pertempuran ini, Sebab tentunya tak ada sebab jika tak ada akibat. Maka berikut akan diuraikan mengenai 2 penyebab perang khandaq berserta kronologi jalannya pertempuran. Simak selengkapnya.
1). Pengusiran Kaum Bani Nadhir
Penyebab utama perang Khandaq sendiri adalah adanya pengusiran terhadap orang-orang Yahudi. Setelah diusir mereka kemudian ditempatkan di Khaibar, sebuah wilayah di luar Kota Madinah.
Tentunya terdapat penyebab tersendiri mengapa sampai-sampai kaum Yahudi ini diusir. Berdasarkan sejarah, pengusiran terjadi karena disebabkan oleh adanya penghiatan dari kaum Bani Nadhir.
Penghiatatan tersebut kemudian membuat Nabi Muhammad SAW kemudian memutuskan untuk mengeluarkan kaum Bani Nadhir dari wilayahnya.
Kelompok Bani Nadhir kemudian berangkat ke Khaibar dan memprovokasi kaum Yahudi untuk berperang dengan Nabi saw dan ini merupakan sebab asli dari terjadinya perang Khandaq.
Provokasi ini cukup berhasil, sebab kaum Yahudi menyanggupi ajakan perang melawan umat Muslim yang dipimpin oleh Rasulullah di Madinah.
Kaum Yahudi Dan Umat Muslim telah memiliki sejarah yang panjang mengenai permusuhan antara keduanya.
Terlebib lagi kaum Yahudi memiliki ambisi untuk bisa kembali menguasai wilayah Madinah yang kini ditinggali oleh mayoritas kaum Muslimin dan dipimpin oleh Nabi Muhammah SAW.
2). Kerjasama Kaum Bani Nadhir, Kaum Yahudi dan Quraisy
Setelah itu, kaum Yahudi dari bani Nadzir dan bani Wail seperti Huyai bin Akhthab Nadzari, Salam bin Abi al-Huqaiq Nahzari, Kananah bin Rabi’ bin Abi al-Huqaiq Nadhari, Haudzah bin Qais Waili dan Abu Ammar Wail.
Mereka berangkat ke kota Mekkah dalam rangka mengajak Abu Sufyan dan kaum Quraisy untuk berperang dengan Nabi Muhammad saw.
Abu Sufyan menerima usulan mereka untuk bersekutu dan bekerja sama dalam memusuhi dan memerangi Rasulullah saw, dimana kaum Yahudi dan kaum Quraisy pun bersatu.
Kemudian, orang-orang Yahudi tersebut berangkat ke kabilah Gathafan yang dipimpin oleh Uyainah bin Hishn Fazari dan dengan menjanjikan satu tahun kurma Khaibar, agar mereka mau ikut bersama memerangi Nabi saw.
Kemudian mereka pergi ke bani Sulaim bin Manshur dan meminta kerja samanya untuk ikut dalam peperangan ini.
Pasukan ini kemudian tergabung kedalam pasukan Musyrikin dari seluruh kabilah (Ahzab) dalam peperangan ini mencapai 10.000 pasukan
Pertempuran juga disebut sebagai Pertempuran Konfederasi (bahasa Arab غزوة الاحزاب). Al-Qur’an menggunakan istilah sekutu (Arab الاحزاب) dalam surah Al-Ahzab [Quran 33:9-32] untuk menunjukkan konfederasi Arab pagan dan Arab Yahudi terhadap Islam.
Pengepungan adalah “pertempuran kecerdasan”, di mana para ahlik taktik Muslim mengatasi lawan-lawan mereka, sementara jatuh korban sangatlah sedikit.
Upaya konfederasi untuk mengalahkan kaum Muslim gagal, dan kekuatan Islam menjadi berpengaruh di wilayah tersebut. Akibatnya, tentara Muslim mengepung sekitar Banu Qurayza, yang mengarah ke penyerahan tanpa syarat mereka.
Kekalahan itu menyebabkan Mekah kehilangan perdagangan mereka dan sebagian besar adalah kehormatan harga diri mereka.
Kisah Perang Khandaq Menggali Parit
Untuk melindungi Madinah dari serangan gabungan, maka dibuatlah parit sebagai strategi berperang untuk menghindari serbuan langsung dari pasukan Al-Ahzab Quraisy dan bani Nadhir.
Simak video Kisah : Animasi Kisah Perang Ahzab / Khandaq berikut ini:
Simak video Kisah : Animasi Kisah Perang Ahzab / Khandaq berikut ini:
Strategi Perang Khandaq
Strategi pembuatan parit di sela sela daerah yang tidak terlindungi oleh pegunungan sebagai tempat perlindungan adalah strategi dari sahabat Rasulullah S.A.W bernama Salman al-Farisi yang berasal dari Persia, sehingga perang ini disebut dengan pertempuran parit/khandaq.
Sejatinya strategi ini berasal dari Persia, yang dilakukan apabila mereka terkepung atau takut dengan keberadaan pasukan berkuda.
Lalu digalilah parit di bagian utara Madinah selama sembilan/sepuluh hari. Pasukan gabungan datang dengan kekuatan 10.000 pasukan yang siap berperang.
Pasukan gabungan membuat kemah di bagian utara Madinah, karena di tempat itu adalah tempat yang paling tepat untuk melakukan perang.
Pada Pertempuran Khandaq, terjadi pengkhianatan dari kaum Yahudi Bani Qurayzhah atas kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya untuk mempertahankan kota Madinah, tetapi bani Quraizhah mengkhianati perjanjian itu.
Setelah terjadi pengepungan selama satu bulan penuh Nua’im bin Mas’ud al-Asyja’i yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan gabungan dengan keahliannya memecah belah pasukan gabungan.
Lalu Allah S.W.T mengirimkan angin yang memporakporandakan kemah pasukan gabungan, memecahkan periuk-periuk mereka, dan memadamkan api mereka.
Hingga akhirnya pasukan gabungan kembali ke rumah mereka dengan kegagalan menaklukan kota Madinah. Setelah peperangan itu, Rasulullah dan para sahabat berangkat menuju kediaman bani quraizah untuk mengadili mereka
Awal tahun 627, orang-orang Yahudi dari Bani Nadhir bertemu dengan Quraisy Mekah Arab. Huyayy bin Akhtab, bersama dengan para pemimpin lainnya dari Khaybar, melakukan perjalanan untuk sumpah setia dengan Safwan di Mekah.
Sebagian besar tentara Konfederasi dikumpulkan oleh pagan Quraish Mekah, yang dipimpin oleh Abu Sufyan, yang menerjunkan 4.000 prajurit, 300 penunggang kuda, dan 1.000-1.500 orang pada unta.
Bani Nadhir mulai meriahkan para perantau dari Najd. Mereka meminta Bani Ghatafan dengan membayar setengah dari hasil panen mereka. Rombongan kedua terbesar ini, menambahkan kekuatan sekitar 2.000 300 laki-laki berkuda yang dipimpin oleh Unaina bin Hasan Fazari.
Bani Asad juga setuju untuk bergabung dengan mereka yang dipimpin oleh Thulaihah al-Asadi. Dari Bani Sulaim, Nadhir dijamin 700 pria, meskipun akan jauh lebih besar memiliki beberapa pemimpinnya tidak bersikap simpatik terhadap Islam.
Para Bani Amir, yang memiliki perjanjian dengan Muhammad, menolak untuk bergabung.
Suku-suku lain termasuk Bani Murrah dengan 400 orang dipimpin oleh Hars bin Auf Murri dari Bani Shuja dengan 700 laki-laki dipimpin oleh Sufyan bin Abd Syams.
Secara total, kekuatan tentara Konfederasi, meskipun tidak disepakati oleh ulama, diperkirakan sekitar 10.000 laki-laki dengan enam ratus kuda. Pada akhir Maret 627 tentara yang dipimpin oleh Abu Sufyan berbaris menuju Madinah
Hikmah Perang Khandaq
Saat penggalian parit berlangsung, yang juga dilakukan oleh Rasulullah, tersingkaplah sebuah bongkahan batu besar. Rasulullah berkata, “Biarkan aku yang pecahkan”.
Saat itulah terlihat pula perut Rasulullah yang diganjal oleh batu sebagai penahan lapar.
Kaum muslimin yang selama ini merasa menderita kemudian merasa iba melihat Rasulullah yang justru lebih lapar dibandingkan mereka, hingga batu diganjalkan ke perutnya.
Ketika Rasulullah bergerak menuju parit, beliau melewati kaum Muhajirin dan Anshar yang sedang kelelahan menggali parit pula.
Menyaksikan itu Rasulullah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya kehidupan yang kekal adalah kampung akhirat, maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin“
Rasulullah datang membawa martil kemudian mengucapkan, “Bismillah“
Pukulan pertama, beliau katakan “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku kunci-kunci Syam. Demi Allah, saat ini aku benar-benar melihat istana-istana yang (penuh dengan gemerlapan)“
Pukulan kedua, beliau katakan “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku negeri Persia. Demi Allah, aku benar-benar melihat istana kerajaannya yang penuh dengan gemerlapan sekarang ini.“
Pukulan ketiga, “Allahu Akbar, aku benar-benar diberi kunci-kunci kerajaan Yaman. Demi Allah, aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini” (diambil dari sirah Mubarakfuri)
Maka terpecahlah bongkahan batu tersebut dengan sempurna. Dengan kekuatan ikhtiar dan ketawakkalan kaum muslimin, dalam kondisi terjepit untuk terus khusnudzon dengan takdir Allah, maka Allah berikan banyak pertolongan.
Di antaranya adalah masuk islamnya Nu’aim bin Mas’ud seorang lelaki dari kaum musyrikin kemudian ia menawarkan diri untuk memecah belah kaum musyrikin dan dihembuskannya angin taufan besar yang menerbangkan perkemahan kaum musyrikin. Kaum muslimin akhirnya menang.
Kita bisa menganalisis, justru dalam kondisi pedih di perang Khandaq terdapat banyak energi yang muncul :
1). Energi kesabaran kaum muslimin
Ketawakkalan mereka terhadap janji Allah yang membuat mereka memiliki kesabaran yang banyak. Tidak suudzon kepada Allah, terus berikhtiar, terus berusaha. Meskipun mereka belum tau, ‘Dari mana pertolongan Allah itu akan datang?’.
2). Energi kecerdikan Salman Al-Farisi
Perut lapar nyatanya tidak membuat seorang Salman menjadi tumpul dalam berpikir. Kelaparan yang diikhlaskan karena Allah justru akan merubahnya menjadi energi kecerdikan.
Bagaimana bisa parit digunakan sebagai cara untuk menang? sedangkan kaum muslimin sendiri belum pernah mencoba membuatnya sebelumnya.
“Pengetahuan adalah milik kaum Muslimin yang hilang. Di mana saja dapatinya maka mereka lebih berhak mengambilnya daripada orang lain.”
“Pengetahuan adalah milik kaum Muslimin yang hilang. Di mana saja dapatinya maka mereka lebih berhak mengambilnya daripada orang lain.”
Hal ini tercermin dari pengambilan strategi perang ala Persia yang Majusi itu. Umat Mukmin-lah yang paling berhak menggunakan segala ilmu dan teknologi dalam rangka menjalankan kekhalifahannya di muka bumi.
Inilah yang menjadi spitrit (ruh) kaum Mukminin pada masa kejayaannya. Ini pula yang harunya menjadi spirit kita saat ini untuk mengembalikan ‘izzah (kemuliaan) dan kejayaaan ummat.
3). Energi teladan dan kasih sayang Rasullah
Saat Salman melontarkan ide, Rasulullah menerimanya. Ia bukan saja menerimanya, namun juga turut menjadi pelaksana.
Dalam sirah Buthi diceritakan bahwa tubuh Rasulullah tertutup tanah karena turut menggali parit.
Ditambah lagi, bagaimana seorang Rasul yang paling lapar namun paling tidak mengeluh. Hanya batu di perutnyalah yang bicara, bahwa pemimpin itu ada untuk memberikan teladan.
Kasih sayang Rasulullah kepada ummatnya. Ketika salah seorang sahabat menjanjikan makanan yang tidak banyak untuk Rasulullah saw. karena melihat kondisi Rasulullah yang tidak makan selama tiga hari dan terus-menerus menggali parit.
Tetapi Rasulullah mengajak semua orang ke rumah sahabat ini. Kemudian atas mukjizat makanan tersebut ternyata cukup bagi semuanya.
4). Energi optimisme Rasulullah
Tiga perkataan Rasulullah yang diucapkan saat memecahkan batu, Syam Persia Yaman akan takluk oleh Islam, padahal saat itu mereka berada dalam kondisi tersudut, tidak punya apa-apa, dan menderita. Namun optimisme itulah yang membangkitkan kembali semangat kaum muslimin.
5). Energi doa
Pertolongan Allah yang muncul juga merupakan akibat dari doa-doa yang dipanjatkan kaum muslimin dalam kondisi menderita. Pada akhirnya Allah berikan hadiah kemenangan dengan cara membantu mereka lewat caraNya sendiri.
Kunci kemenangan perang Ahzab sama dengan peperangan lainnya adalah pertolongan Allah. Secara kuantitas dan kualitas pasukan dan senjatanya tidak mungkin 3000 muslim dapat mengalahkan 10.000 pasukan sekutu.
Tetapi karena keimanan mereka, Allah menurunkan pertolongan berupa badai padang pasir yang dahsyat yang menebarkan ketakutan luar biasa pada pasukan sekutu hingga mereka lari tercerai berai tanpa hasil.
6). Senantiasa bersiap – siagalah
Manusia senantiasa berbolak balik hatinya, kita harus selalu bersiap siaga dan waspada terhadap musuh yang kadang datang dengan tiba.
Pengkhianatan bani quraizah ( yahudi ) dan kaum munafikin madinah dalam perang ahzab membuktikan bahwa kaum yang awalnya membela Rosululloh malah berkhianat di dalam bentteng madinah.
Akhirnya, dalam bab berikutnya, para penghianat itu di hukum mati ( berjumlah 600 – 700 )
Dari cerita Khandaq kita bisa belajar, siapapun yang bisa mengolah kepedihan menjadi energi, Allah akan berikan kemenangan dan kebahagiaan di kemudian hari, lewat pertolonganNya dengan caraNya yang tidak diduga-duga
Sumber: AL-HASANIYYAH
Sumber: AL-HASANIYYAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar